Budaya
merupakan sesuatu yang berpangakal dari manusia, sebagai insan yang
diciptakan Tuhan memiliki kemampuan ‘akal budi’ sebagai salah
satu yang membedakan manusia dengan makluk ciptaan lainya.
Sebagai makhluk yang memiliki akal budi itulah yang menyebabkan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu menyadari dirinya
dan memiliki daya kreasi inovasi. Hakekat akal budi dan tanggung
jawab memiliki hubungan yang sangat erat , seperti hak dan kewajiban
yang sama-sama saling melengkapi.
Akal
budi pada satu sisi adalah hak yang berasal dari karunia tuhan untuk
melaksanakan tanggung jawab, oleh karena itu akal budi tidak boleh
diartikan sebagai hak yang bisa dipergunakan semau-maunya, melainkan
hak dalam hal ini untuk melaksanakan kewajiban memenuhi panggilan
untuk menjaga dan melestarikan ciptaanya.
Dunia
perguruan tinggi yang dikenal sebagai komunitas yang senantiasa
menjunjung tinggi obyektifitas, kebenaran ilmiah dan keterbukaan
mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai
jawaban dari permasalahan yang muncul di masyarakat dengan metode
yang modern. Ilmu pengatahun sendiri merupakan pengetahuan yang
sistematik, rasional, empiris, umum dan komulatif yang dihasilkan
oleh akal pikiran manusia yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Tugas
ini menjadi penting karena merupakan bagian dari pelaksanaan “Tri
Dharma” perguruan tinggi. Dan menjadi lebih penting karena ada 3
fungsi ilmu pengetahuan yang sangat terkait dengan kelangsungan dan
kemaslahatan hidup orang banyak, yaitu fungsi eksplanatif
(menerangkan gejala atau problem), prediktif (meramalkan kejadian
atau efek gejala) dan control (mengendalikan atau mengawal perubahan
yang terjadi di masa datang).
Untuk
dapat mewujudkan “Tri Dharma” dalam perguruan tinggi sangatlah
sulit dan memungkinan untuk gagal pun sangat besar, dan untuk
mewujudkan ke tiga fungsi itu berjalan dengan baik dibutuhkan etos
kerja yang sangat kuat untuk berhasil. Maka tidak dapat diabaikan
etos kerja merupakan bagian yang patut menjadi perhatian dalam
keberhasilan Mahasiswa dalam merintis karier di kehidupan
bermasyarakat. Namun Etos kerja seseorang erat kaitannya dengan
kepribadian, perilaku, dan karakternya. Untuk itu mahasiswa harus
memiliki internal being yang mampu merumuskan siapa dia. Selanjutnya
internal being menetapkan respon, atau reaksi terhadap tuntutan
external. Respon internal being terhadap tuntutan external dunia
kerja akan menetapkan etos kerja seseorang.
Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk,
multikultural yang bernaung dalam sebuah institusi yang mendasarkan
diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektifitas.Budaya
Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas
dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan
tinggi dan lembaga penelitian.
Contoh
dari menghargai waktu adalah Satu
pelajaran penting yang saya dapatkan adalah bagaimana
orang begitu menghargai waktu. Mengelola
interaksi lintas negara berarti bekerjasama dengan orang-orang dari
berbagai zona waktu yang berbeda. Siang hari di satu negara bisa jadi
tengah malam di negara yang lain. Jadi Anda bisa membayangkan jika
satu pihak telah berjanji namun tidak mematuhinya, maka betapa
merugikannya buat orang lain.
Dalam budaya yang menghargai waktu, orang-orang
akan sudah bersiap 10 menit sebelum waktu yang dijanjikan. Lima menit
sebelum pertemuan dimulai hampir seluruh peserta sudah duduk rapi di
tempat masing-masing. Dan tepat pada waktunya sebuah pertemuan
dilakukan. Jika Anda hadir 5 menit setelahnya, mohon maaf, Anda sudah
masuk kategori terlambat. Tidak akan ada yang menunggu Anda untuk
menunda dibukanya pertemuan. Sebab semua orang tahu waktu mereka
terbatas. Mereka menghargai waktu yang mereka pribadi sekaligus
menghormati waktu orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar